Kemarin, pada 40 tahun yang lalu, kapten Liverpool Tommy Smith mengangkat trofi Eropa untuk kali pertama dalam sejarah klub.
Trofi itu diraih setelah The Reds mengalahkan Borussia Monchengladbach 3-2 secara agregat dari dua kali pertemuan final Piala UEFA.
Untuk memeringati hari bersejarah Liverpool tersebut, tim dari LFC berbincang dengan sejarawan klub Stephen Done mengenai kemenangan pada 1973. Done menyebut kemenangan tersebut telah 'membentuk sepakbola dunia'.
Pada musim kompetisi 1972-73, Liverpool meraih dua gelar, yakni juara liga dan Piala UEFA. Pencapaian itu diraih setelah tujuh tahun The Reds berhasil mengangkat trofi liga pada 1966.
Walau kering prestasi, suporter, direksi dan para pemain tak pernah mengeluh. Tak ada komplain atau saran agar pelatih Bill Shankly mundur dari jabatannya.
Meski minim prestasi, penonton yang hadir ke stadion juga tak pernah surut. Walau harus diakui, jumlah kehadiran penonton di setiap laga Liverpool, tercatat kompetisi 1967-68 masih memegang yang terbaik dalam sejarah klub. Tapi para penonton selalu setia mengikuti Liverpool.
Pada dekade 1960an, para pemain tak pernah menyerah. Mereka terus bekerja lebih giat dan giat lagi. Lalu memasuki musim 1969-70, Shanky melakukan sejumlah perubahan besar. Sejumlah pemain anyar di masukkan ke dalam klub. Hasilnya mulai tampak dengan menggapai final Piala FA pada 1971 dan nyaris saja memenangkannya.
Walau kalah pada hari itu, sambutan kepada Shankly tetap meriah. Ia disambut bak pahlawan saat kembali ke St George's Plateau di pusat kota. Saat itu rekaman aksi monumentalnya diabadikan oleh para juru foto dengan pose tangan terentang saat berbicara dengan banyak orang.
Para suporter memujanya. Mereka mahfum ada sebuah proses yang tengah dijalani dan ada sesuatu yang bakal diraih. Mereka terus menyokong, tanpa ada memberikan rentetan komplain.
Di sisi lain, tim terus memperlihatkan peningkatan. Memasuki musim panas 1972, optimisme menyeruak. Tapi pertanyaanmenyelinap bagaimana caranya!
Akhirnya The Reds berhasil memenangkan gelar liga pada tahun itu. Momen tersebut selalu terekam bagaimana semua orang bersorak gembira setelah melewati penantian panjang selama tujuh tahun.
Tetapi sesungguhnya gelar itu bukanlah sebuah pencapaian yang mengesankan. Di akhir musim, kapten tim Tommy Smith lebih membuat semua pendukung Liverpool semakin bersuka ria. Tangan Smith akhirnya berhasil menggenggam trofi Eropa untuk kali pertama buat klub.
Kemenangan Piala UEFA pada 1973 itu menjadi sesuatu yang begitu menentukan dalam perjalanan sejarah klub. Pencapaian itu tak hanya sekedar keberhasilan Shankly dalam memenangkan gelar Eropa.
Ada hal yang lebih berharga, yakni pelajaran bagaimana bersaing dan melewati masa sulit. Singkat kata, itulah proses pembelajaran berharga bagi Liverpool dalam memenangkan gelar Eropa pertamanya.
Kini, pada 2013, kami menyadari betapa sepakbola Jerman telah kembali lagi ke era kejayaannya. Kualitas sepakbola yang luar biasa dan di sana ada banyak kekaguman kepada mereka.
Rasanya menarik juga untuk menyimak kembali ke dalam era 1972-73. Kala itu tim-tim Jerman telah memainkan sebuah peran besar dalam perjalanan Liverpool menggapai sukses Eropa.
Sebelum menggapai final, Liverpool kali pertama harus menghadapi tim mumpuni saatitu, Eintracht Frankfurt. Tapi The Reds mampu menanganinya dengan relatif nyaman.
Setelah itu Liverpool bertemu dengan Dynamo Berlin, sebuah klub Jerman lainnya yang saat itu masih terpisahkan oleh tembok Berlin.
Tapi sekali lagi Liverpool memperlihatkan seberapa jauh mereka telah berkembang. Lalu dengan sebuah keseimbangan atas kesabaran dan energi menyerang, skuat The Reds ini tak terlalu banyak menghadapi kesulitan.
Fans The Reds juga tak pernah lelah untuk memberikan dukungannya ketika timnya harus berhadapan dengan Dynamo Dresden. Ini menjadi perjalanan penting dan Liverpool kembali meninggalkan rekam jejak yang tak akan bisa dilupakan begitu saja oleh sejumlah fans Jerman.
Melalui semua permainan tersebut, mereka menemukan bahwa sepakbola Jerman itu kuat, tangguh dan sangat terampil. Mereka juga memiliki sejumlah pemain bagus dan itu tak perlu lagi diingatkan oleh para penggemar Jerman Barat.
Setidaknya saat itu The Reds harus menghadapi empat tim Jerman berbeda untuk mencapai final. Tapi tak perlu diragukan, tim terbaik Jerman menjadi perjamuan terakhir yang harus dilalui oleh Liverpool.
Setelah mengalahkan Tottenham di semi-final, The Reds berhadapan dengan Monchengladbach. Final berlangsung dalam dua kali pertemuan.
Sebagai hasil dari pertemuan itu, Liverpool juga memulai hubungan baiknya. Di sana ada sekelompok suporter Liverpool yang cukup besar di Borussia. Orang-orang itu ternyata adalah fans Monchengladbach. Mereka telah menempatkan Liverpool sebagai tim kedua mereka.
Mereka adalah suporter yang begitu bersemangat dan secara lantang mampu juga melantunkan lagu kebangsaan The Reds; You'll Never Walk Alone. Tak berlebihan jika saja mereka tak dikalahkan Liverpool, boleh jadi mereka juga akan tetap menjadi pendukung Liverpool.
Di sana tersaji juga sikap saling menghormati. Mereka menghargai kualitas Liverpool dalam memenangkan gelar Eropa,di sisi yang lain ada juga sikap serupa yang diberikan kepada Moenchengadbach sebagai tim yang sungguh hebat.
Sudahkah Anda memiliki tiket pertandingan Indonesia XI vs Liverpool FC? Klik di sini untuk memesan tiket sekarang > > > www.MyTicket.co.id
Sampaikan Komentar